Thursday, March 26, 2015

Puisi Masa Sakit

Hormon
Baca sesuatu terus sedih
Nonton tv marah-marah
Senyum liatin tembok
Terus ngatain diri sendiri
Nyanyi lagu patah hati
Ngakak mandang cermin
Tulis puisi galau
Akhirnya jijik sendiri

Emosi gue hari ini
puisi masa sakit
naik turun ombak
roller coaster hormonal
Bakar bunga di padang
Nangis cium aspal
Burung walet mati
Ketabrak gue
meraih mimpi

Mati semuanya mati
binatang pun mengerti
untuk tinggalkan wanita
pada masa PMS
Kenapa lo nggak
tinggalin gue juga
Pergi plis pergiiiii
atau gue potong
tali jembatan 
persahabatan amis

Wednesday, March 18, 2015

Tentang Penulis dan Pujangga



Hari ini seorang penulis jatuh cinta dengan seorang pujangga. Sang pujangga makan dari torehan luka hatinya. Sedangkan penulis hidup dari imajinasi akan cinta dalam komedi manis.

Setiap kali keduanya membaca, yang satu tersakiti sementara yang lain tertolak. Entah untuk berapa lama, keduanya hanya diam takut menjadi bahan karangan di kemudian hari.

Pena-pena pun bersikeras mengeringkan tiap tetesan tinta darah kehidupan mereka. Walau itu artinya akhir dari nafas mereka, namun demi bertemunya Si Penulis dan Sang Pujangga, relalah mereka terbuang ke tong sampah. Berharap kedua pemilik mereka akan bertemu di toko pena, saling menatap dan akhirnya memberanikan diri untuk menyapa.

Tapi di toko pena, Si Penulis hanya menatap sengit Sang Pujangga. Walau hatinya berdetak keras, dan pipinya merekah merah secerah senja di langit hari itu, tapi Si Penulis mempertahankan egonya dengan mendengus tanpa membalas senyuman Sang Pujangga yang berusaha menarik perhatiannya.

Keduanya pun pulang dengan tulisan-tulisan baru. Tentang rasa yang harus dilupakan, dan cinta yang jadi bahan celaan.



PS: Ditulis tanpa berenang dalam perasaan. Agar membantu Si Penulis untuk tetap tenang walau sebenarnya ingin menulis kisah pembunuhan pada perasaan-perasaan yang tak pada tempatnya. Cih.

Sunday, March 15, 2015

Soal Ditolak

Seperti menarik pelatuk
setiap pilihan yang ku buat
Sedangkan kau
biarkan peluru itu mengendap
biar dalam biar sakit
kau tetap tutup mulut
biar waktu tunjukkan karat
dan ku harap kau mati
kena tetanus