Monday, June 29, 2015

Cinta Itu Sejenis Penyakit



Ada orang yang kamu sayang sampai-sampai kamu menertawakan dirimu sendiri. Dia yang membuatmu merasa malu, mungkin-mungkin juga bodoh karena telah menjerumuskan dirimu ke perasaan yang sampai sekarang belum mau kau akui.

Ada juga yang mencoba dan mencoba dan mencoba untuk meminta sayangmu. Kamu tau dia di samping sana tertawa mendengar tawamu. Sayangnya kamu tidak akan membiarkan lidahmu menyebut namanya.

Lalu, ada orang yang menyusup ke hati kamu lewat tawa. Dia yang sebenarnya tidak bermaksud untuk menyentuh sisi lembutmu, tapi karena tawa yang berhasil mereka pancing, akhirnya kamu biarkan hatimu berharap.

Sampai saat ini kamu belum bisa menyetujui novel-novel romansa yang jadi santapan harianmu saat masa sekolah. Butterflies in my stomach, hati berbunga-bunga, pikiran melayang dan tongue tied. Lucu kata-kata yang mereka gunakan untuk menggantikan sakit perut, sesak nafas, mumet dan kebodohan sementara. 

Kalau teorimu benar, cinta lebih mirip dengan sejenis penyakit yang akan diderita semua orang. Seperti cacar air sekali seumur hidup, atau batuk pilek setiap pergantian musim. Jika ada vaksin kamu akan mengambilnya untuk mempersiapkan hatimu dari ketidakjelasan menunggu, memohon dan bermimpi. Tapi kamu paling malas pergi ke dokter, apalagi hanya untuk sekedar konsultasi dan suntikan nasehat.

Jadi kamu bertekad menjadi seorang pemberani, sampai sakitnya menjadi-jadi dan kamu merayap ke rumah sakit minta transplasi hati, atau sekedar cuci darah.